PRAK-SAINS | Awetan Basah Hewan Invertebrata Berbasis QR-Code
Konten [Tampil]
Pendahuluan
Biologi sebagai salah satu cabang sains alam mempelajari begitu banyak objek-objek hidup mulai yang berukuran mikroskopis hingga makroskopis. Hasil kajian objek biologi menunjukkan bahwa planet bumi yang kita tempati ini menyimpan begitu banyak hal-hal menarik untuk dipelajari. Objek-objek tersebut dapat kita pelajari secara langsung dengan mengeksplorasi alam sekitar (kebun raya, hutan lindung, kebun binatang, daerah konservasi, dan lainnya). Selain itu, kita juga dapat mempelajari objek biologi melalui sediaan yang sengaja diawetkan, misalnya preparat maupun awetan. Preparat digunakan untuk mengamati sampel-sampel yang berukuran mikroskopis terkait struktur anatomi maupun morfologi, sedangkan awetan terdiri atas kering dan basah. Awetan kering dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dikeringkan menggunakan sinar matahari atau oven, misalnya herbarium, insektarium, taksidermi, dll. Awetan basah merupakan awetan spesies yang memiliki struktur tebal, berdaging serta lunak sehingga tidak memungkinkan untuk diawetkan secara kering. Awetan basah dapat berasal dari tumbuhan misalnya algae, lamun, dan lainnya. Selain itu, awetan basah juga dapat dibuat dari hewan vertebrata maupun invetebrata yang didapatkan dari lingkungan sekitar.
Gambar 1. Awetan Basah Hewan Invertebrata Berbasis QR Code |
Awetan basah dapat dilakukan dengan melakukan beberapa tahapan yang terdiri atas tahap koleksi, tahap pengawetan, tahap pembuatan awetan basah, tahap pelabelan, dan tahap penyimpanan. Pada tahap koleksi dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan hewan-hewan kelompok invertebrata di lingkungan sekitar baik yang berasal dari daratan maupun perairan. Hewan-hewan invertebrata yang telah dikumpulkan lalu dilakukan pengawetan dengan menggunakan larutan kimia. Tahap pengawetan atau disebut juga fiksasi merupakan proses pengawetan secara cepat terhadap spesimen koleksi (binatang) agar tidak membusuk. Semua spesimen yang hidup hasil tangkapan atau membeli di pasar untuk dikoleksi harus segera difiksatif (Pratiwi, 2013: 74). Larutan kimia yang dijadikan untuk bahan pengawetan (fiksatif) spesimen terdiri dari beberapa jenis larutan. Namun, larutan yang umum digunakan untuk pengawetan basah menurut Artayasa, dkk. (2020: 159) yaitu alkohol dan formalin. Lama proses fiksatif koleksi ditentukan dari ukuran spesies. Semakin besar ukuran spesies yang akan dijadikan awetan basah, maka semakin lama juga waktu yang dibutuhkan untuk proses fiksatif. Ini dilakukan agar koleksi tidak membusuk dan dapat diawetkan secara merata.
Koleksi yang telah difiksatif dapat dilakukan proses pengemasan dalam toples bening dan transparan. Kemudian, spesimen dimasukan bersamaan dengan larutan untuk mengawetkan spesimen. Larutan yang bisa digunakan untuk pengawetan jangka lama dapat berupa larutan FAA yang merupakan kombinasi dari formalin, asam asetat, dan alkohol. Kolektor juga perlu memuat segala informasi yang didapatkan dilapangan dan klasifikasi spesies yang dimuatkan dalam tabel untuk ditempelkan pada toples penyimpanan spesimen. Informasi yang dimuatkan dalam label juga tidak dapat memuat semua informasi, seiring perkembangan zaman kita dapat menggunakan teknologi QR code untuk ditempatkan pada label agar informasi yang didapatkan dari suatu koleksi maksimal.
Spesimen yang telah selesai diawetkan dapat disimpan dan ditata dalam lemari penyimpanan sesuai dengan tingkatan biodiversitasnya. Pengoleksian awetan basah dapat digunakan untuk keperluan pendidikan maupun penelitian terkait zoologi invertebrata ataupun bidang keilmuwan yang relevan. Dengan penyimpanan dan perawatan koleksi awetan basah yang dilakukan, maka koleksi dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama.
Tujuan
Adapun tujuan dilakukan kegiatan ini, yaitu:
- Mengetahui prosedur pembuatan koleksi awetan basah kelompok hewan invertebrata berbasis QR code.
- Membuat awetan basah hasil koleksi kelompok hewan invertebrata dari lingkungan sekitar.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang perlu dipersiapkan, sebagai berikut:
Alat | Bahan |
---|---|
- Gelas ukur - Gelas beaker - Laptop/komputer - Baskom kecil - Handphone |
- Sarung tangan latex - Masker - Kertas stiker A4/F4 - Alkohol 70% - Formalin 3-4% - Asam asetat - Toples ukuran sedang - Toples bening transparan - Koleksi/objek yang akan diawetkan |
Prosedur Kerja
Untuk mempermudah prosedur kerja dalam koleksi awetan basah, terdapat 5 langkah yang harus diikuti sebagai berikut:
a) Tahap Koleksi
- Pelajarilah terlebih dahulu habitat dari kelompok hewan invertebrata yang akan kamu koleksi baik yang hidup di daratan maupun hidup di perairan.
- Hewan-hewan invertebrata yang dijadikan koleksi awetan basah terdiri atas hewan-hewan yang memiliki tubuh lunak.
- Untuk pengambilan sampel koleksi hewan invertebrata sebaiknya tidak langsung menggunakan tangan, tetapi dapat dibantu dengan pencapit maupun pinset karena beberapa hewan dapat membahayakan kulit bahkan saraf manusia apabila bersentuhan secara langsung.
- Pada saat melakukan koleksi hewan invertebrata, masukan hasil koleksi ke dalam toples diberikan ruang sirkulasi udara agar koleksi dapat tetap hidup dan segar.
- Lakukan pencatatan terkait karakteristik dan habitat/lokasi tempat ditemukannya hewan kelompok invertebrata.
b) Tahap Pengawetan
- Hewan-hewan hasil koleksi dapat dimatikan dengan menggunakan kloroform atau alkohol, tergantung kelompok hewan invertebrata tersebut.
- Apabila hewan-hewan invertebrata telah mati, maka dapat dibilas menggunakan air yang mengalir untuk menghindari kotoran yang melekat pada objek yang akan dijadikan awetan basah.
- Hewan-hewan kelompok invertebrata lalu dilakukan perendaman pada toples ukuran menggunakan larutan formalin selama 2-4 jam untuk melakukan proses fiksasi.
- Hewan-hewan kelompok invertebrata dikeluarkan dari rendaman larutan formalin, lalu dibilas menggunakan air yang mengalir dan ditiriskan agar tidak mengandung banyak air.
c) Tahap Pembuatan Awetan Basah
- Pengawetan dilakukan menggunakan toples kaca maupun plastik yang sifatnya transparan sebagai media peletakan spesimen.
- Proses pengawetan menggunakan larutan FAA (Formalin, Asam Asetat, Alkohol) dengan perbandingan Alkohol : Formalin : Asam Asetat = 18 : 1 : 1. Untuk dapat memahaminya, perhatikan perhitungan sederhana berikut ini:
Gambar 2. Perhitungan Kimia Sederhana - Letak dan posisikan spesimen yang akan dijadikan awetan basah dalam toples dengan posisi yang benar.
- Untuk spesimen yang mengapung di larutan FAA, maka dapat diikatkan pada kaca preparat menggunakan benang nilon agar spesimen dapat terendam secara keseluruhan oleh larutan FAA.
- Tuangkan larutan FAA yang telah tercampur dalam toples hingga menutupi seluruh bagian tubuh spesimen
- Perlu diperhatikan agar tidak menuangkan larutan FAA hingga penuh pada toples awetan basah.
d) Tahap Pelabelan
- Pelabelan dilakukan untuk memberikan informasi terkait koleksi yang dijadikan sebagai awetan basah.
- Pada label memuat informasi mengenai: 1) Identitas klasifikasi spesimen dari tingkatan kingdom hingga spesies; 2) Nama kolektor spesimen; 3) Tanggal pembuatan awetan basah; 4) Lokasi ditemukannya spesimen; dan 5) Deskripsi spesimen yang dimuatkan dalam QR Code.
Gambar 3. Contoh Label Awetan Basah Berbasis QR-Code - Informasi yang dimuatkan dalam QR Code dapat menggunakan bantuan platform Blog ataupun Google Drive sehingga ketika dilakukan proses scan dapat memuat informasi mengenai: Deskripsi umum terdiri atas karakteristik, cara hidup, persebaran dan habitat Klasifikasi atau tata nama Reproduksi Peranan
- Pengecekan tata nama spesimen makhluk hidup dapat dilakukan di beberapa lama berikut ini: 1) Integrated Taxonomic Information System – https://www.itis.gov; 2) Global Biodiversity Information Facility – https://www.gbif.org; 3) World Register of Marine Species – https://www.marinespecies.org; 4) International Union for Conservation of Nature – https://www.iucn.org; 5) The Catalogue of Life – https://www.catalogueoflife.org.
e) Tahap Penyimpanan
- Awetan basah yang telah jadi dilakukan dapat dilakukan penyimpanan di dalam ruangan bersuhu normal.
- Awetan basah dapat ditata dalam lemari koleksi sesuai dengan asal filum masing-masing kelompok invertebrata di laboratorium maupun ruangan penyimpanan yang layak dan aman.
Pertanyaan
Setelah melakukan kegiatan praktikum, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu kamu jawab sebagai berikut:
- Mengapa perlu dilakukan proses pengawetan pada suatu hewan khususnya invertebrata ditinjau dari perspektif pendidikan dan penelitian?
- Bagaimana kriteria hewan invertebrata yang dianggap layak untuk dijadikan awetan basah?
- Bagaimana tanggapan kamu penggunaan teknologi QR-Code dalam memuat informasi terkait suatu spesimen awetan basah?
- Jelaskan peranan alkohol, formalin, dan asam asetat secara berurutan dalam campuran yang digunakan sebagai larutan pengawet awetan basah!
- Apa saja kendala yang kamu temukan dalam proses pembuatan awetan basah hewan invertebrata berbasis QR-Code ini? sebutkan!
Referensi
- Al, S. 2004. Penyiapan Specimen Awetan Objek Biologi, Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA UNY.
- Artayasa, I. P., Muhlis, & Ramdani, A. 2020. Pembuatan Spesimen Tumbuhan dan Hewan serta Manfaatnya dalam Pembelajaran IPA SMP, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 3(2): 156-162
- Krogmann, L. & Holstein, J. 2010. Preserving and Specimen Handling: Insects and Other Invertebrates, In Book: Manual on Field Recording Techniques and Protocols for All Taxa Biodiversity Inventories, Chapter 18, pp. 463-481, ABX Taxa.
- Pratiwi, R. 2013. Manajemen Koleksi Spesimen Biota Laut, Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaha Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
- Rusyana, A. 2014. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik), Penerbit Alfabeta, Bandung.
- Zamzuri. 2007. Desain dan Pembuatan Alat Peraga IPA, Universitas Terbuka, Tangerang Selatan.
Keterangan
- Publikasi: 20/04/2023
- Revisi: -
Post a Comment for "PRAK-SAINS | Awetan Basah Hewan Invertebrata Berbasis QR-Code"